MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Pengertian Manusia
- Manusia sebagai makhluk raga dan jiwa
- Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
- Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan
Pengertian Budaya
Menurut beberapa ahli, pengertian budaya adalah:
Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Teori maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak hambatan untuk berkembang.
Teori Maslow
- Kebutuhan Akan Rasa Aman dan Tenteram (Safety Needs).
- Kebutuhan Untuk Dicintai dan Disayangi (Belongingness Needs).
- Kebutuhan Harga Diri Secara Penuh ( Esteem Needs).
- Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs)
Berdasar hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi:
Implikasi Teori
Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow.
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis:
a. Hubungan Guru dengan Siswa:
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
Sumber :
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_6618/title_teori-motivasi-abraham-maslow-dan-implikasinya/
http://ahmadsulaiman007.wordpress.com/2013/06/24/jelaskan-mengapa-manusia-dikatakan-sebagai-mahluk-berbudaya/
http://mynameisedho.blogspot.com/2013/04/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
http://www.psb-psma.org/content/blog/aplikasi-teori-kebutuhan-maslow-di-sekolah
http://lelyumiasih.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
Pengertian Manusia
Manusia atau orang dapat
diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani dan istilah kebudayaan, atau
secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikian sebgai Homo Sapiens
(Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primate dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan,
mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain
serta pertolongan.
- Manusia sebagai makhluk raga dan jiwa
Atas dasar tinjauan manusia
sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan menyelaraskan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan jasmaniah maupun
kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara selaras dan seimbang. Selaras dan
seimbang dalam arti kebutuhan-kebutuhan jasmaniah/hewaniah dipenuhi dengan
pertimbangan-pertimbangan benar dan salah, indah dan tidak indah, baik dan
buruk. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan ini dilaksanakan atas dasar
pertimbangan-pertimbangan tersebut sehingga diharapkan orang dapat terpenuhi
kebutuhan jasmaniahnya tanpa meninggalkan pertimbangan-pertimbangan baik atau
buruknya dalam memperoleh sesuatu untuk kepentingan jasmaniah tersebut.
- Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Sebagai makhluk individu dan
sosial manusia hendaknya saling menghargai dan menghormati, saling memenuhi
kebutuhannya. Dalam hal ini individu hendaknya diperlakukan oleh kelompok
sebagaimana dia memperlakukan kelompoknya.
Pendidikan akan memberikan
petunjuk/pengarahan agar di dalam hidup manusia perlu dipenuhi kebutuhan
individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain. Sebaliknya kebutuhan
kelompok dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri. Di samping itu di dalam
hubungannya dengan orang lain (kelompok) individu adalah punya hak dan tanggung
jawab yang harus diakui oleh kelompoknya demikian juga kelompok yang punya hak
dan tanggung jawab yang harus diakui oleh individu. Jadi kebutuhan-kebutuhan
itu ataupun perlakuan-perlakuan itu terpenuhi secara selaras dan seimbang baik
individu maupun kelompoknya.
- Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan
Pendidikan akan menyadarkan
kepada manusia bahwa apa-apa yang direncanakan ataupun yang dicita-citakan
tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan ikut
menentukannya. Dengan demikian maka pendidikan akan mendorong manusia dalam
berusaha untuk mencapai sesuatu yang disertai dengan permohonan kepada Tuhan.
Jadi manusia harus taqwa pada Tuhan.
Dari pembahasan ini dapat
disimpulkan bahwa manusia merupakan suatu kesatuan dari tujuh unsur/ dimensi
yang merupakan kesatuan yang saling terkait dan bekerja sama dalam mencapai
tujuan (hidup). Ketujuh unsur tersebut dapat dirunut sebagai berikut: Manusia
sebagai makhluk yang berdimensi raga dan berdimensi jiwa. Jiwa terdiri dari
tiga hal, yaitu cipta, rasa, dan karsa. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi
individu dan berdimensi sosial. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi pribadi
dan makhluk Tuhan. Ketujuh dimensi tersebut disebut sebagai dimensi hakekat
manusia.
Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan dalam
Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris
culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Pengertian budaya secara
etimologi kebudayaan berasal kata ‘budaya’ yang dalam bahasa Sansekerta’Bodhya’
yang berarti akal budi,sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa
Inggris Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda.dapat disimpulkan arti
kebudayaan secara etimologi adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta,
karya, karsa, pikiran dan adat istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak,
dapat diterima sebagai suatu perilaku yang beradab.
Menurut beberapa ahli, pengertian budaya adalah:
E.B. Taylor : 1871 berpendapat
bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat : 1979 yang
mengartikan budaya dengan: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
Kebudayaan adalah sesuatu yang
akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Teori maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak hambatan untuk berkembang.
Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhanyang bersifat hirarkis. Pada
diri masing-masing, orang mempunyai berbagai perasaan takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kearah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan dapat menerima diri sendiri.
Teori Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) adalah
seorang psikolog besar yang mencoba menemukan dan menawarkan jawaban sistematis
atas pertanyaan tersebut melalui teorinya yang tersohor, yakni teori hirarki
kebutuhan. Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkat
yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling bawah terpenuhi
maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Kebutuhan fisik dalam gambar
susunan di samping diletakkan paling bawah adalah bukan maksud. Pada saat ini
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yan paling kuat dan mendasar diantara
yang lain. Dalam hal ini seseorang sangat membutuhkan oksigen untuk bernapas,
air untuk diminum, makanan, papan, sandang, buang hajat kecil maupun besar,
seks, dan fasilitas-fasilitas yang dapat berguna untuk kelangsungan hidupnya,
ini merupakan contoh kebutuhan fisiologis.
- Kebutuhan Akan Rasa Aman dan Tenteram (Safety Needs).
Sebenarnya tidak bisa dipungkiri,
pada awalnya mayoritas dari aktivitas kehidupan manusia ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan fisik ini. Segera setelah kebutuhan dasar terpenuhi, orang
mulai ‘cari-cari’. Kebutuhan level kedua, yakni kebutuhan akan rasa aman dan
kepastian (safety and security needs) muncul dan memainkan peranan dalam bentuk
mencari tempat perlindungan, membangun privacy individual (kebebasan individu),
mengusahakan keterjaminan finansial melalui asuransi atau dana pensiun, dan
sebagainya.
- Kebutuhan Untuk Dicintai dan Disayangi (Belongingness Needs).
Ketika kebutuhan fisik akan
makan, papan, sandang berikut kebutuhan keamanan telah terpenuhi, maka
seseorang beralih ke kebutuhan berikutnya yakni kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi (love and belonging needs). Dalam hal ini seseorang mencari dan
menginginkan sebuah persahabatan, menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan yang
lebih bersifat pribadi seperti mencari kekasih atau memiliki anak, itu adalah
pengaruh dari munculnya kebutuhan ini setelah kebutuhan dasar dan rasa aman
terpenuhi.
- Kebutuhan Harga Diri Secara Penuh ( Esteem Needs).
Level keempat dalam hirarki
adalah kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs). Maslow membagi
level ini lebih lanjut menjadi dua tipe, yakni tipe bawah dan tipe atas. Tipe
bawah meliputi kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, perhatian,
reputasi, kebanggaan diri, dan kemashyuran. Tipe atas terdiri atas penghargaan
oleh diri sendiri, kebebasan, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan khusus
(spesialisasi). Apa yang membedakan kedua tipe adalah sumber dari rasa harga
diri yang diperoleh. Pada self esteem tipe bawah, rasa harga diri dan pengakuan
diberikan oleh orang lain. Akibatnya rasa harga diri hanya muncul selama orang
lain mengatakan demikian, dan hilang saat orang mengabaikannya.
Situasi tersebut tidak akan
terjadi pada self esteem tipe atas. Pada tingkat ini perasaan berharga
diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung kepada penilaian orang lain.
Dengan lain kata, sekali anda bisa menghargai diri anda sendiri sebagai apa
adanya, anda akan tetap berdiri tegak, madheg pandhito, bahkan ketika orang
lain mencampakkan anda!
- Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs)
Ketika kebutuhan akan penghargaan
ini telah terpenuhi, maka kebutuhan lainya yang sekarang menduduki tingkat
teratas adalah aktualisasi diri. Inilah puncak sekaligus fokus perhatian Maslow
dalam mengamati hirarki kebutuhan. Terdapat beberapa istilah untuk
menggambarkan level ini, antara lain growth motivation, being needs, dan self
actualization.
Maslow melakukan sebuah studi
kualitatif dengan metode analisis biografi guna mendapat gambaran jelas
mengenai aktualisasi diri. Dia menganalisis riwayat hidup, karya, dan tulisan
sejumlah orang yang dipandangnya telah memenuhi kriteria sebagai pribadi yang
beraktualisasi diri. Termasuk dalam daftar ini adalah Albert Einstein, Abraham
Lincoln, William James, dam Eleanor Roosevelt.
Berdasar hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi:
- Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.
- Memusatkan diri pada masalah (problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
- Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
- Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
- Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima kamu apa adanya ketimbang berusaha mengubah diri kamu.
- Rasa humor yang ‘tidak agresif’ (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.
- Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect)
- Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
- Memiliki pengalaman spiritual yang disebut Peak experience. Peak experience atau sering disebut juga pengalaman mistik adalah suatu kondisi saat seseorang (secara mental) merasa keluar dari dirinya sendiri, terbebas dari kungkungan tubuh kasarnya. Pengalaman ini membuat kita merasa sangat kecil atau sangat besar, dan seolah-olah menyatu dengan semesta atau keabadian (the infinite and the eternal). Ini bukanlah persoalan klenik atau takhayul, tetapi benar-benar ada dan menjadi kajian khusus dalam Psikologi Transpersonal, suatu (baru klaim) aliran keempat dalam ilmu psikologi setelah psikoanalisis, behaviorisme, dan humanisme, yang banyak mempelajari filosofi timur dan aspek-aspek kesadaran di luar kesadaran normal (Altered States of Consciousness, ASC). Peak experience bisa jadi merupakan argumen ilmiah yang valid untuk menjelaskan fenomena para rasul yang menerima wahyu dari Allah, atau pengalaman sufistik yang merasa telah memiliki sifat-sifat ketuhanan. Di sini maksudnya bukan sama persis seperti Tuhan, akan tetapi adalah menerapkan sifat-sifat Tuhan seperti Maha Adil, Maha Tahu, dan lain sebagainya sesuai tataran tingkatan manusia. Karena manusia itu tidaklah bisa menyamai sifat dan kemampuan Tuhan secara persis. (ini hanya sekedar pendapat penulis).
Berdasarkan berbagai kualifikasi yang ‘amat sulit’ tersebut, maka tidaklah heran kalau masih sedikit orang di dunia ini yang mencapai level aktualisasi diri tersebut. Bahkan Maslow mengatakan bahwa jumlah orang-orang yang telah beraktualisasi diri tidaklah lebih dari dua persen saja dari seluruh populasi dunia.
Implikasi Teori
Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu sudah dikenal luas, namun aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow.
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis:
- Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis.
- Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat
- Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
- Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif.
- Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
- Adanya ekspektasi yang konsisten
- Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil.
- Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
a. Hubungan Guru dengan Siswa:
- Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan intereres terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
- Guru dapat menerapkan pembelajaran individua dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya)
- Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif.
- Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.
- Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
- Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya di antara siswa
- Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian.
- Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran.
- Sekolah mengembangkan tutor sebaya
- Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
- Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya (scaffolding)
- Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
- Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa
- Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi
- Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan
- Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung jawab.
- Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum.
- Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
- Mengembangkan program “star of the week”
- Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa.
- Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.
- Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri.
- Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
- Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry
- Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam
- Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir filosofis dan berdiskusi.
- Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik
- Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik
- Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan
- Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling sekolah
- Ruangan yang bersih dan wangi
- Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah
- Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaiknya
- Memberikan kekebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya
- Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
- Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa.
- Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif
Sumber :
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_6618/title_teori-motivasi-abraham-maslow-dan-implikasinya/
http://ahmadsulaiman007.wordpress.com/2013/06/24/jelaskan-mengapa-manusia-dikatakan-sebagai-mahluk-berbudaya/
http://mynameisedho.blogspot.com/2013/04/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
http://www.psb-psma.org/content/blog/aplikasi-teori-kebutuhan-maslow-di-sekolah
http://lelyumiasih.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html