Albert
Einstein, seorang ilmuwan Yahudi pernah mengatakan “ilmu tanpa agama
buta, agama tanpa ilmu lumpuh” Ada dua entry point disini pertama
tentang pentingnya agama untuk melambari ilmu pengetahuan dan yang kedua
perlunya ilmu dalam pengamalan agama. Artikel ini, melihat hubungan
agama dengan ilmu pengetahuan dan bagaimana masing-masing dapat secara
sinergi untuk memberikan apresiasi pada pernyataan Agama tanpa ilmu
adalah buta, ilmu tanpa agama adalah lumpuh.
- A. Pengertian Ilmu
Menurut
S. Hornby mengartikan ilmu sebagai “Science is organized knowledge
obtained by observation and testing of fact. Hal ini menujukkan jelas
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir yang didasarkan pada
observasi dan hasil pengujian. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ilmu
memiliki dua pengertian, yaitu, Pertama Ilmu diartikan sebagai suatu
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu
hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. Kedua Ilmu
diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang duniawi, akhirat,
lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu
bathin, ilmu sihir, dan sebagainya. Pengertian pertama memberikan
gambaran bahwa suatu bidang/kajian dapat dikatakan ilmu, apabila
mempunyai sistem atau bagian-bagian pendukung, yang apabila salah
satunya hilang, maka ia tidak dapat dikatakan suatu ilmu. Sedangkan
pengertian yang kedua penekanannya lebih kepada
kepandaian/keahlian/pemahaman terhadap obyek ilmu.
Jujun
S. Suriasumatri menjelaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
digali sejak sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan
tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti berterus terang pada diri
sendiri tentang ; apa yang diketahui tentang ilmu ? Apa beda ilmu dari
pengetahuan lainnya ? Bagaimana kita mengetahui bahwa ilmu merupakan
pengetahuan yang benar ? Kriteria apa yang dipakai untuk menentukan
kebenaran ? Mengapa kita mesti belajar ilmu ? Jujun. S. Suriasumantri
dalam pengertian ini, lebih melihat ilmu sebagai suatu proses. Demikian
pula Lexy J. Moleong melihat ilmu sebagai pengetahuan yang didapatkan
melalui proses kegiatan ilmiah. Oleh karena itu menurut Jujun S.
Suriasumantri pengetahuan ilmiah tidak sukar untuk diterima sebab pada
dasarnya ia dapat diandalkan dengan suatu fakta dan argumentasi yang
komprehenship, meskipun tentu saja tidak semua masalah dapat dipecahkan
secara keilmuwan. Dengan demikian, ilmu dalam pengertian ini didasarkan
pada suatu fakta dan argumentasi yang berdasarkan pada nilai-nilai
kebenaran. Alan H. Goldman lebih melihat bahwa ilmu sesuatu yang
diperoleh pada rujukan-rujukan tertentu yang diyakini kebenarannya,
“knowledge is belief that is best explained by reference to its
truth”[7]. Dengan demikian, maka ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan
melalui proses kegiatan ilmiah dan telah teruji kebenarannya
berdasarkan dalil-dalil yang sahih yang berlaku universal. Dalam konteks
filsafat, obyek material ilmu dapat dibagi ke dalam ilmu alam dan ilmu
sosial. Ilmu alam melahirkan sejumlah obyek formal yang dikaji oleh dan
menurut disiplin ilmunya seperti biologi, kimia, fisika, farmasi dan
lain-lain. Sedangkan yang tercakup ke dalam Ilmu-ilmu sosial berupa
sosiologi, politik, ekonomi, hukum dan lain-lain…….
selengkapnya DOWNLOAD artikel di link bawah ini:
http://winaldimuharrom.files.wordpress.com/2011/07/ilmu-tanpa-agama.docx
0 komentar:
Posting Komentar