MANUSIA DAN PERADABAN
MANUSIA
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya.
Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan dengan mahluk yang lain (Erbe Sentanu).
INSAN
Manusia
sebagai makhluk berfikir
Manusia adalah makhluk Allâh Subhânahu wa
Ta’âla yang mempunyai pengetahuan yang dikaruniai-Nya. Manusia dapat
membaca alam semesta, manusia dapat mengetaui karakter masing-masing, manusia
dapat mengetahui hal sekecil apapun, dan lainnya dikarenakan berkat sang kuasa.
Sebenarnya dari sinilah kita sadar secara tidak langsung bahwa manusia itu
sama, hanya yang membedakannya adalah bagaimana ia memanfaatkan potensinya
untuk dimanfaatkan bagi orang banyak. Hadits Nabi Muhammad shallallâhu
‘alaihi wa sallam mengatakan “Khairunnâsi anfa’uhum linnâsi” ini,
apakah sudah sepenuhnya dilaksanakan oleh kita? Sebagian mengatakan sudah
melaksanakan dengan sebaik mungkin, tetapi sebagian lain, sadar akan belum
terlaksananya sama sekali kebermanfaatan diri kita bagi orang lain. Maka,
dengan diberikannya nikmat akal oleh Allâh, sebaiknya kita manfaatkan sebaik
mungkin untuk menj adi orang yang bermanfaat bagi orang lain, sehingga dengan
teori kausal bahwa kita pasti akan mendapatkan kasih sayang dari orang lain.
Manusia
sebagai makhluk penghendak
Penelitian, pengkajian, dan
observasi yang dilakukan peneliti adalah hasil buah fikiran manusia sebagai
orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Semua kalangan membutuhkan bantuan pemikiran
serta tindakan seseorang untuk mendapatkan sebuah kedamaian, ketentraman, keharmonisan
dan keuletan. Pada sejarah perjuangan Islam, bahwa Islam sangat berjaya pada
masa kurang lebih abad 6 -13 an. Kemudian sedikit demi sedikit berpindah tangan
kekuasaan, bahwa Eropa mulai menguasai kurang lebih abad 14 – 20 an. Pusat
perhatian tidak lagi Tuhan, melainkan manusia sebagai pusat perhatiannya, yaitu
antropo-centris.
Manusia sebagai makhluk perasa
Sebuah perasaan manusia
terkadang tidak akan pernah membohongi diri sendiri. Sebagai hasil dari
pemikiran manusia itulah manusia menginginkan untuk melakukan hal yang nyata
demi memetik sebuah hasil yang dapat dirasakan. Manusia sebagai makhluk perasa
inilah yang menjadikan cermin diri untuk meningkatkan kekuatan iman kita kepada
Allâh Subhânahu wa Ta’âla. Sejauh mana
tingkat fikir dan tindak kita sehingga membuahkan hasil maksimal untuk
dirasakan kebaikannya.
BASYAR
Manusia disebut basyar dalam bahasa Arab, yang dimaksud adalah
entitas fisik yang makan, minum, berjalan di pasar, beranak-pinak, berubah dari
kecil menjadi dewasa, dan akhirnya mati. Basyar adalah manusia secara
biologis dan fisiologis, sebagai materi di alam raya ini.
SEBAGAI
MAKHLUK SOSIAL DAN MAKHLUK INDIVIDU (ZOON POLITICON)
Menurut
Aristoteles (384-322 sebelum masehi), seorang ahli fikir yunani menyatakan
dalam ajaranya, bahwa manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan
manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat. Makhluk sosial itu adalah manusia
yang berhubungan secara tibal balikdengann manusia lain dan tidak akan pernah
bisa melepaskan diri dari pengaruh orang lain, Tanpa bantuan manusia lainnya,
manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Selain itu juga diberikan yang
berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
SEBAGAI KHALIFAH
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta
untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan
untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan;
menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan
keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai
hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki
fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi sendi kehidupan di muka bumi.
Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang
sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat
memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia,
disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah
dibanding binatang.
SEBAGAI BANI
ADAM
Manusia disebut bani Adam jika
menunjuk pada aspek yang berkaitan dengan historis atau sejarah asal usul
manusia. Dalam beberapa ulasan ulama disebutkan bahwa penyebutan Bani Adam
merujuk pada posisi manusia sebagai Kaum Adam yang merupakan turunan atau generasi
dari Nabi adam AS. Sehingga disimpulkan secara sederhana bahwa jika ditinjau
dari aspek historis penciptaan manusia maka manusia disebut sebagai Bani Adam:
“Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu disetiap (memasuki) masjid, makan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”. (Al-A’raf, 7:31)
Manusia disebut insan karena
mempunyai akal yaitu manusia dapat membaca alam semesta, manusia dapat
mengetaui karakter masing-masing, manusia dapat mengetahui hal sekecil apapun,
dan lainnya dikarenakan berkat sang kuasa, dengan diberikannya nikmat akal oleh
Allâh, sebaiknya kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menj adi orang yang
bermanfaat bagi orang lain.
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia
dengan segala isi yang ada di bumi ini. Manusia diciptakan oleh Tuhan
dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara
hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal,
intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Gagasan merupakan wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan,nilai-nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak
dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas adalah wujud
kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan.
Artefak adalah wujud kebudayaan
fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia
dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,
dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan
yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Kebudayaan melahirkan peradaban
dan peradaban lahir dari kebudayaan, dan tidak ada manusia yang tidak berbudaya
karena tidak ada manusia yang hidup sendirian. Dari karena itulah maka
sekelompok manusia yang membentuk masyarakat pasti melahirkan sebuah kebudayaan
yang berkembang menjadi peradaban. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai
puncaknya yang berwujud unsur-unsur budaya yang halus, indah, tinggi, sopan,
luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan
telah memiliki peradaban yang tinggi.
Peradaban yang tinggi
menciptakan manusia beradab, yaitu masyarakat sipil (civil society), masyarakat
warga, masyarakat madani yang berasal
dari Madinah dan masyarakat kota. Masyarakat madani merupakan contoh peradaban
yang patut dicontoh, untuk menerapkan masyarakat madani perlu diketahui
ciri-cirinya :
a. Free public
sphere (ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai
warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara
berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta memublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul
serta memublikasikan informasi kepada public.
b. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik
rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi.,
dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat
madani.
c. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling menghargai
dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang atau
kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap
tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan
merupakan rahmat tuhan.
e. Keadilan
Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan.
f. Partisipasi
sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal
yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih
dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
g. Supermasi hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan,
keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian untuk
memperoleh kebenaran di atas hukum.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar